Mistery of Valentine, Maria Enders's Assistant

Dua hari tanpa smartphone di tangan, dan gue harus bertahan dengan kehidupan baru itu untuk lima hari ke depan, atau lebih.

source

Satu minggu yang lalu gue pergi ke Bogor sama mbak Ika, ya, sebut aja begitu walaupun sebenarnya gue cuma menemani mbak Ika ke suatu tempat yang membuatnya penasaran dan akhirnya ngajak gue buat ke sana beberapa bulan yang lalu. Curug Leuwi Hejo, salah satu tempat wisata murah di Bogor. Entah kenapa gue gak terlalu tertarik dengan tempat wisata curug sebenarnya, dalam benak gue curug gak lebih hanya sebuah kucuran air alami (oke, kesel dan mau dorong gue ke curug silakan aja :p). Tapi tetep, yang namanya pemandangan alam gak pernah gagal terlihat cantik.
Biasanya kalau gue gak tertarik dengan suatu tempat, gue bakalan males menerima ajakan dan membuat alasan yang tepat untuk menolak, contohnya, “duh, gue males banget ke sana, gak asik tau, gak ah, lu pergi aja gue mau tidur di rumah.” Ya, itu alasan paling tepat menurut gue, sangat jujur dan tanpa rekayasa. Tapi.. gue akan tetap pergi ke tempat yang bahkan sangat membosankan asalkan bersama orang yang menyenangkan. Menurut gue pergi sama orang yang asik (orang cocok dan nyambung sama kita), maka perjalanannya juga akan menyenangkan.

Begitulah perjalanan gue bersama dengan mbak Ika, tempat tujuan biasa aja, tapi perjalanannya sangat mengesankan. Dari tempat janjian yang ternyata berbeda dengan pikiran kami masing-masing, kemudian nyasar, oh, untuk yang ini sepertinya selalu terjadi sama gue, selalu nyasar, terus hp gue mati (read: rusak), menemukan hutan pinus, sampai pulangnya kehujanan.

Gue suka hutan pinusnya, apa namanya, ya … hutan pinus gunung Pancar? Ya, itulah. Di sana sepi dan lembab dan redup, mungkin karena cuaca lagi mendung, pokoknya pas untuk merenungi hp gue yang rusak. Baru aja gue duduk di sebuah batu dan mau mulai merenung, kemudian hujan turun dengan derasnya, karena gue sedikit ceroboh kamera yang ada di pangkuan gue jatoh ketika gue berdiri, dan kamera itu rusak. Sempurna? Ya, hari yang sangat sempurna.

Untungnya setelah sampai di rumah, hp dan kamera gue berfungsi lagi dengan normal, sangat melegakan, gue bisa langsung tidur dengan tenang malam itu tanpa harus merenunginya dulu. Tapi itu hanya sementara, hari Kamis kemarin ketika di perjalanan pulang, tiba-tiba hp gue mati, layarnya blank, padahal lima menit sebelumnya masih berfungsi dengan baik.
Well, you know the story after that …

Hal baik dari rusaknya hp adalah gue bisa menyelesaikan membaca buku yang gue beli bulan lalu. Ternyata ceritanya seru juga, novel berjudul Proyek Maut karya Eddie Sindunata ,cerita fiksi tentang tim Bareskrim yang berhasil mengungkap kasus besar pembunuhan para pengusaha dan konglomerat Indonesia. Buku ini berhasil membuat gue membatin, keren juga kepolisian Indonesia kalo ini beneran cerita nyata. Mengingat citra polisi di mata gue gak sebegitu keren.

Ah, dan gue baru aja selesai nonton film “Clouds of Sils Maria”, ya, itu film lama, tahun 2014. Well, ceritanya seputar kehidupan seorang aktris (Maria Enders) yang sedang bingung dengan peran yang dia ambil dalam sebuah opera. Satu hal yang membuat gue tertarik untuk nonton adalah di film itu ada Kristen Stewart yang berperan sebagai Valentine, asisten pribadinya Maria, selain itu ada pemandangan pegunungan Alpen di Sils Maria yang menyejukan mata, dan pemandangan Maloja Snake yang indah banget (anyone take me there, please). Sebenernya gue gak paham-paham amat sama konfliknya, tapi cukup menikmati karena gue suka aja ngeliat Kristen dengan gayanya yang asik di film itu, messy hair-nya Kristen gak ada yang bisa nandingin deh.

Cuma satu yang bikin gue kesel, pas mendekati akhir cerita, Maria sama Valentine mendaki gunung buat melihat pemandangan Maloja Snake, pas udah sampai di tempat yang dituju tiba-tiba Valentine menghilang dalam hitungan gak lebih dari dua menit. Menghilang gitu aja tanpa jejak, maksud gue, itu kan, lagi di area alam terbuka yang luas tanpa ada penghalang apapun, masa iya orang bisa pergi secepat itu tanpa terlihat dari kejauhan, entah itu Valentine terjun ke jurang atau di ambil alien, gue gak ngerti dah. Dan kampretnya sampai filmnya habis itu si Valentine gak disinggung lagi, gak dijelasin kemana perginya atau bagaimana dia menghilang dengan cepat di gunung. Aduh tolonglah, gue butuh penjelasan dimana atau bagaimana keadaan Valentine setelah scene menghilangnya dia.

Ada kutipan dalam film yang cocok dengan keyakinan gue selama ini, “Kita tidak boleh menyesali apapun. Jika kita jujur, kita harus terima semua pengalaman kita, tanpa terkecuali”.

Komentar