Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2017

Gunung Guntur: Skiing di Kerikil campur Pasir

Gambar
“Oke, berarti kalo ke Guntur lu leadernya, Wi. Kebutuhan logistik dan rundownnya lu yang atur aja.” . . .  ._. Ah, canda … Bukan gak bisa jadi leader, tapi gue ke rumah temen yang udah beberapa kali ke sana aja bisa nyasar. Gue bermasalah dengan mengingat arah dan jalur, dari tenda ke tempat sumber air aja gue lupa baliknya lewat mana, parah. Apalagi waktu ke Guntur dua tahun yang lalu gue dan rombongan nyasar ke tambang pasir yang ceritanya bisa dibaca di sini , sampai gue misuh-misuh dan janji gak mau balik lagi, meski dirayu dijanjiin apapun sama mbak Ika, pokoknya fix gue gak mau balik lagi. Eh tapi, minggu pertama Oktober kemarin gue habis dari Guntur, dong, hehe. Seperti yang gue bilang semenderita apapun pas naik gunung pasti bakal balik lagi, naik gunung itu candu. Makanya jangan coba-coba. Kayak menderitanya gue di kali pertama ke Guntur dan mendapati cuma muter-muter aja di penambangan pasir di bawah sengatan panas matahari yang rasanya mataharinya a

Cangkir yang Dingin

Biarkan aku duduk bersandar menyesap teh panas Tanpa gula maka tak perlu sebuah pengaduk Dengan begitu teh hijau tepat dengan rasa pahitnya Tak perlu berpikir amati saja asap tipisnya Aku sedang tidak ingin berpikir Aku amati asap tipis yang keluar dari cangkir Jangan buat aku memikirkannya Bagaimana warna air yang perlahan menjadi hijau Warna hijau ringan yang perlahan menjadi coklat keemasan Sungguh aku tidak ingin berpikir Aku amati daun teh yang mengambang dan yang tenggelam Jangan buat aku memikirkannya Bagaimana menentukan daun mana yang tenggelam Dan daun mana yang mengapung di permukaan Aku tidak ingin memikirkan Berapa orang yang peduli dengan daun yang tenggelam Dan berapa orang yang peduli dengan daun yang mengambang Aku teguk habis teh dalam cangkir Cangkir masih hangat Aku letakkan cangkir terbalik di lantai Aku tidak memikirkannya Aku tidak berpikir Maka aku menghilang Bersama d