Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2018

Rekap Dini Hari

Keheningan di sepertiga malam memang agaknya puitis sekali, saat-saat seperti itu ingin rasanya berdialog dengan Neko kun, kucing yang suka tiba-tiba muncul di jendela kamar saya, jika didiamkan ia akan turun ke kasur, menatap saya, mengeong, lalu keluar kamar menuju pintu depan, mengeong-ngeong bermaksud memanggil saya dan meminta dibukakan pintu, rupanya ia ingin keluar. Kadang saya bukakan pintu sambil tertawa dan berterima kasih karena sudah dikunjungi, kadang saya misuh-misuh kenapa masuk dan cuma ngerjain orang untuk bukain pintu depan. Tapi hanya ada hening juga tidak terlalu buruk, bisa untuk bermonolog ria, sesaat saya pecah keheningan dengan alunan Tangan Hampa Kaki Telanjang dari Tiga Pagi, lalu mulai mengingat-ingat obrolan saya dengan beberapa teman. Sabtu lalu saya meminta waktu seorang teman lama untuk sekedar berdialog, awalnya saya niatkan untuk berdiskusi ringan tentang akuntansi dan keuangan, tapi malah berakhir dengan keluhan hidup yang sebenarnya itu-itu saj

Merayakan Hari Puisi Sedunia

Roses are red Violets are blue Once again she's come to the rescue Mari luangkan waktu untuk merayakan hari puisi sedunia yang jatuh pada hari ini, 21 Maret. Kamu suka berpuisi? Saya suka berpuisi, tapi jarang. Bagi saya puisi adalah bentuk dari kata hati dan pikiran yang paling jujur tapi juga paling tersamar. Karenanya saya lebih suka jujur lewat puisi soalnya orang-orang yang membaca gak mengerti maksud sebenarnya dari puisi yang saya buat, hehe. Dan lagi para pembaca bebas menafsirkan puisi yang dibacanya, kan? Ada satu puisi yang saya buat suatu hari di keheningan lewat tengah malam, judulnya  Bias . Setelah selesai saya tulis dan saya baca lagi saya merasa puas, lalu seseorang bilang puisinya bagus, saya tersenyum lalu mengangguk, saya pikir itu adalah puisi terbaik yang pernah saya buat. Bicara puisi, siapa penyair kesukaanmu? Kalau saya ... tidak ada. Tapi saya suka sekali salah satu puisi karya Sapardi Djoko Damono, "Aku ingin mencintaimu dengan s

Temui Aku di Perpustakaan

Gambar
Biasanya aku mulai dari menyusuri rak filsafat, belok ke rak ilmu sosial dan bermuara di rak sains. Lain waktu aku mulai dari rak sejarah masuk ke lorong rak bahasa dan berakhir di rak sains. Selalu bermuara di rak sains, selalu bermuara kepadamu.  Hari itu aku susuri rak arsitektur taman demi membantu seorang teman mencari sebuah judul buku, tak di sangka yang kutemukan malah dirimu dengan dua buku di tangan kiri sedangkan tangan kananmu masih menyusuri buku-buku di rak atas. Lalu kau menyerah dan berjalan masuk ke lorong rak bahasa melewati rak filsafat dan berhenti di rak sains.  Saat itu aku terheran-heran, apa ini? Kenapa pandanganku tak lepas darimu? Kenapa aku tiba-tiba mengikutimu sampai di rak sains? Kenapa aku mengambil asal sebuah buku dari rak itu, pura-pura kubaca padahal aku mencari celah untuk memperhatikanmu? Siapa gerangan dirimu? Lalu kau duduk di bangku dekat jendela, meletakkan buku-buku arsitektur dan memilih asik dengan buku yang baru saja kau amb