Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2016

Samar lalu Menghilang

Aku masih di sini Diam memperhatikan penuh arti Tersenyum kala tatap bertemu Menyambut sehangat sebisaku Yang dulu datang membawa ceria Yang dulu pernah dekat dan mesra Perlahan menjauh menjadi bayang-bayang Bayang-bayang samar yang bisa saja segera menghilang Ingin ku mempertanyakan, mengapa hanya singgah jika sudah membangun rasa? Mengapa tetap tinggal  jika harus pergi?  Mengapa pergi jika bisa tinggal? Lalu apa itu persahabatan sejati? Tidak ada, itu hanya paradoks Hanya singgah, membangun rasa, perlahan menjadi bayang-bayang, samar, lalu menghilang.

Tips Menjadi Rekan Kerja yang Baik dan Menyenangkan

Gambar
Apa sih yang membuat kamu betah dan nyaman kerja disuatu tempat? - Karena letak tempatnya yang strategis dan mudah dijangkau? - Karena gajinya yang besar? - Karena lingkungan dan teman-teman kerja? - Karena bosnya baik dan tampan / cantik? - Atau karena ada gebetan yang belum juga menyadari keberadaanmu tapi kamu masih belum menyerah untuk mencuri perhatiannya? Kalau alasanmu yang terakhir, wah… kamu termasuk orang-orang yang gigih, ya. Saran aja, kalau doi belum juga dan gak mau menyadari keberadaanmu, ya udah, kalau kata Elsa “Let it go.. let it go…” lebih baik kamu memperhatikan orang-orang yang memperhatikan kamu. Kembali ke pertanyaan yang membuat kamu betah dan nyaman di tempat kerja, beberapa orang mungkin memprioritaskan gaji sebagai ukuran kenyamanan, tapi kebanyakan akan memilih lingkungan dan teman-teman kerja yang asik dan cocok dengan dirinya. Source Kita pasti bakalan merasa asik dan nyaman saat bekerja jika teman-teman kerja kita baik dan me

Bandung Punya Cerita Tentang Kita (lanjutan)

Gambar
Cerita sebelumnya, Gak lama mbak resepsionisnya bilang, “Mbak, ini check in nya untuk tanggal 10, ya? Bukan hari ini,”  gue: “. . .”  Pas gue liat lagi kertasnya, tercetak tulisan dengan font arial, size 18 dan di bold “tanggal check in : 10 April 2016” dan hari itu gue berdiri di meja resepsionis hotel tanggal 3 April 2016,  are you kidding me?!  Gila ya, gue bisa gak ngeh gitu sama tulisan yang penting, ya ampun betapa gak telitinya kami berdua. Parah. Gue berusaha sebisa mungkin stay cool, “Bentar ya mbak, saya nunggu temen saya,” terus gue langsung telepon kak Reni. Ternyata dia masih belom dapet ojeg, gue jelasin masalahnya, entah gimana paniknya dia, terus dia booking kamar lagi untuk hari itu, setelah dapet wa bukti booking gue langsung ke resepsionis lagi, akhirnya berhasil check in dan gue langsung menuju kamar.  Di kamar gue langsung menjatuhkan diri ke kasur, gak lama kak Reni dateng dan kami cerita dengan hebohnya kejadian barusan, menertawakan kecerobo

Bandung Punya Cerita Tentang Kita

Gambar
Mendekati akhir Maret kemarin gue sakit pas banget di akhir pekan, akhirnya cuma bisa tidur tak berdaya di kasur sementara yang lain sibuk persiapan buat naik ke gunung Ciremai. Mungkin saking pinginnya ikut ke Ciremai gue sampai sakit kali, ya, hiks. Lalu entah kenapa tiba-tiba gue menghubungi kak Reni dan ngajakin jalan-jalan ke Bandung, padahal dulu yang pernah kita omongin itu mau jalan-jalan ke Jogja. Sumpahlah random banget gue, mungkin gue masih demam jadi ngerandom gitu. Tapi gilanya malah di-iya-in sama dia, mungkin dia sedang lelah jadi menanggapi ajakan gue. Perjalanan tiga hari dua malam di Bandung menyenangkan, senggaknya kami bisa terbebas dari rutinitas biasanya. Seru dan agak tragis. Itinerary perjalanan diambil alih oleh kak Reni, gue mah gak tau daerah Bandung jadi ikut aja. Dari tujuan kita mau kemana, booking hotel, dan booking tiket kereta semuanya diurus sama dia, gue cuma menikmati perjalanan aja. Itulah enaknya punya sekretaris pribadi semuanya

Yang Tak Kita Bicarakan

Gambar
Source Aku berjalan perlahan menuju kedai kopi untuk bertemu dengan seorang laki-laki, menemaninya menghabiskan sore hari di penghujung pekan seperti biasanya.  "Kamu terlambat 26 menit," i tulah sapaan yang kudapat darinya. Dia selalu memilih tempat duduk di dekat jendela. Di meja kulihat sudah tersedia secangkir kopi cappuccino dan secangkir coklat panas di sisi meja satunya, seperti biasanya. Tanpa berucap aku langsung duduk dan menyesap coklat panas yang ternyata masih cukup panas. "Topik apa yang akan kita bahas sore ini?" dia mengawali obrolan kami sore itu. Aku hanya menatapnya dan tersenyum simpul, dengan begitu dia sudah tahu aku tidak keberatan dengan apapun topik yang akan dia bahas.  Aku yang sebenarnya enggan bertemu dengannya lagi, enggan karena perasaan yang timbul ketika bertatap muka dengannya, perasaan yang aku tidak suka. Otakku sudah berkata 'jangan temui dia!' namun hatiku berkata sebaliknya. "Apa kam