Pulang ke Kotamu, Purworejo
Setelah kembali dari cuti, gue langsung dihujani dengan pertanyaan-pertanyaan dan komentar-komentar ngeselin sama temen-temen kantor,
"Yang habis dari kampung, mana nih cincinnya, kok gak dipakai?"
"Mau nikah lo ya ... sama orang mana?"
"Ciee .. yang habis lamaran .."
Kalian tuh ngomong apa sih? Jadi baper, kan :(
Bulan Februari lalu gue memang ambil cuti buat pulang kampung, bukan mau lamaran dan nikah, bukan, gue cuti buat menghabiskan jatah cuti yang tahun lalu, karena gak bisa diuangkan ya udah gue pakai aja buat jalan-jalan di kota kelahiran.
Jumat pagi gue udah sampai di stasiun Kutoarjo, karena di Purworejo stasiunnya tidak berfungsi. Dari Kutoarjo naik angkot menuju Purworejo, sehingga pemandangan menyenangkan bisa gue dapatkan, seperti pemandangan anak-anak yang berangkat ke sekolah, ada yang jalan kaki, ada yang naik sepeda, ada yang naik motor, ada juga yang naik angkot. Jalanan yang lenggang dan udara pagi yang sejuk, benar-benar refreshing.
Sebenarnya lebih menyenangkan jalan-jalan di kota lain pada hari biasa, tidak di akhir pekan atau waktu liburan, karena kita bisa membaur dengan kegiatan warga lokal. Mengunjungi kota lain tidak melulu soal tujuan wisata atau makanan khasnya, kan. Lebih dari itu kita bisa lebih mengenal keseharian masyarakatnya yang mungkin berbeda dengan kota tempat kita tinggal.
Sesampainya di rumah gue langsung disambut pelukan hangat dari nenek, sudah lama memang gue gak pulang, terakhir sekitar empat tahun yang lalu, iya gue ngalahin bang Toyib. Berbeda dari biasanya jika gue pulang pasti banyak makanan dan saudara-saudara yang lain berkumpul karena pas moment lebaran.
Kali ini terasa sangat sepi, makanan yang tidak seaneka ragam biasanya, dan terlebih karena beberapa dari mereka yang telah berpulang dalam waktu yang berdekatan membuat rumah nenek mendadak menjadi sangat sunyi. Rumah yang kini tidak seceria dan sehangat dahulu. Gue jadi sering melihat nenek duduk sendirian di teras memandangi kucing yang tidur disebelahnya, terasa sekali rasa sepi yang dirasakannya, rasa sepi karena kepergian suami dan dua anak laki-lakinya, juga menantu perempuannya yang paling rajin.
Gue ingat dulu waktu masih kecil ketika semua cucu-cucunya ngumpul dan akur kita main kasti, ingat pertama kali gue belajar naik sepeda, jalan-jalan ke sawah habis sholat subuh cuma untuk melihat sunrise, terus bantu nyuci baju di sungai sambil mandi dan main air, pergi lebaran ke rumah mbah-mbah yang rumahnya di gunung dan gak lupa cicipin semua makanan yang ada di meja.
Sekarang sepupu-sepupu gue yang dulu selalu menemani gue main selama di rumah pun udah gak bisa di ajak main lagi, beberapa dari mereka udah berkeluarga dan repot dengan anaknya. Untungnya masih ada yang masih SMA, Jadi selagi menunggu yang sekolah pulang, gue mengisi waktu dengan tidur.
Entah kenapa tidur di rumah ini selalu membawa gue pada kenangan ketika gue sakit parah yang harusnya diopname di rumah sakit, tapi nenek menyuruh gue buat pulang dan dirawat di rumah dengan obat-obatan tradisional, selama sebulan. Bau daun-daun yang ditumbuk dan dikompreskan ke perut gue samar-samar masih gue ingat. Syukurlah bukan kenangan rumah sakit yang melekat.
Sorenya gue diajak jalan-jalan sama sepupu gue, menyusuri kota Purworejo dan Kutoarjo. Sepertinya semua kota sedang membenahi diri masing-masing ya. Di Purworejo sekarang sudah ada ruang terbuka hijau, cukup memenuhi kebutuhan masyarakat akan tempat untuk berkumpul dan bersantai.
Menurut gue keberadaan ruang terbuka hijau kayak gini tuh penting banget, harusnya di setiap lingkungan RW tuh ada, jadi ada ruang bermain untuk anak-anak yang nyaman dan aman, juga ruang untuk ibu-ibu yang mau nyuapin anaknya makan sambil curhat sama ibu-ibu lain, bisa juga untuk arena jogging dan olahraga. Selain memberikan ruang terbuka untuk dinikmati masyarakat juga membuat kota lebih rapi dan asri.
Hari ke dua gue ke rumah nenek yang tinggal di Desa Sedayu, masih di kaki gunung jauh dari kota dan minim mobilitas. Untungnya ada supir angkot yang mau mengantar sampai di kantor Kecamatan, dari sana pun harus berjalan kaki melewati jalan yang terus menanjak sekitar satu kilometer lagi.
Sepanjang perjalanan, pemandangan anak-anak pulang sekolah menjadi sangat menarik, membuat gue dipenuhi rasa syukur. Mereka anak-anak usia kelas 1-3 SD setiap harinya pergi dan pulang sekolah menempuh jarak yang jauh, mungkin seringnya dengan berjalan kaki karena sepertinya jarang ada angkot yang lewat. Gue bersyukur orang tua gue merantau ke Jakarta, gak kebayang kalau gue hidup di sini, masa kecil gue pasti akan jauh lebih berat.
Supir angkotnya juga baik, menolak dibayar sama anak-anak sekolah ini, betapa nilai kemanusiaan di desa ini masih sangat tinggi. Jika ada penumpang yang membawa bawaan yang berat saling bantu untuk menaikkan dan menurunkan, saling bercengkrama ramah satu sama lain selama perjalanan. Udah gak bisa lagi gue dapatkan yang seperti itu di kota.
Malamnya gue diajak ke alun-alun Purworejo, kali ini ramai karena ini malam minggu. Gue sebenarnya gak terlalu suka dengan suasana malam di tengah kota, entah kenapa rasanya melelahkan sekali berada di keramaian malam.
Kemudian gue ingat seseorang yang menambahkan gue sebagai teman di akun facebook, karena waktu itu gue share foto cosplay gue sebagai Sice fftype-0, dan sepertinya dia memang menyukai karakter Sice dan Seven, seleramu perempuan garang nan jutek ya, mas?
Dan gue baru tau dia tinggal di Purworejo setelah dia posting foto tugu Purworejo. Setelah gue hubunginya dan ngasih tau gue lagi di purworejo, kita ketemuan di alun-alun lalu gue diajak ke tempat makan ramen dan sushi. Ya, sekarang sudah ada ramen dan sushi juga di sini, di JL.Kha Dahlan No. 16, Purworejo.
Tempatnya enak buat hang out sama temen-temen, suasananya juga gak terlalu ramai, cukup nyaman lah. Dekorasinya juga bagus nuansa Japanesenya terasa dengan hiasan uang yen dan katana yang dipajang di dinding. Untuk rasa makanannya sama saja seperti di tempat lain dan harganya relatif murah kalau dibandingkan dengan yang di Jakarta.
Mas Elgar ini ternyata orangnya pendiam sama orang yang baru dikenal, mau gak mau harus gue yang aktif nanya-nanya biar gak hening hening amat. Akhirnya topik tentang fotografi, cosplay dan bikin kostum yang jadi pembicaraan kita. Untung aja kita punya hobi yang sama, kalau gak, gue gak tau harus ngomongin apa lagi, gak mungkin kan tiba-tiba gue ngomongin lokalisasi kalijodo sama dia, ngg..
Karena kecapekan, di hari berikutnya gue sakit, gagal sudah rencana gue untuk menjelajahi kota Jogja. Jadi gue hanya menghabiskan satu hari penuh membaca buku di kamar. Momennya pas sekali, ketika pulang kampung gue membaca novel Pulang karya Tere Liye (novel pinjeman), jadi terasa makna pulang.
Hari berikutnya gue masih gak dibolehin buat pergi ke Jogja sendiri, karena masih terlihat pucat dan takut nanti gue nyasar. Anehnya bukan nyasar yang gue takutkan, gue lebih takut nanti malah semakin ingin tinggal lebih lama, hahaha.
Menyenangkan sekali liburan gue di kampung halaman sampai akhirnya harus kembali ke Depok dan kembali melakukan rutinitas seperti biasa. Rasanya ingin pindah dan tinggal di Purworejo, mungkin gue akan menjadi anak yang kalem kalau di sini, gak pecicilan dan kebanyakan gaya kayak di Jakarta, hahaha.
Ketika berpamitan sama nenek, gue mendapat pesan yang berbeda dari sebelum-sebelumnya, kurang lebih pesannya begini setelah gue terjemahkan, "Kamu kerjanya yang tekun jangan malas-malasan, kalau mau sekolah lagi belajar yang rajin. Nanti kalau nikah sama orang sini aja, atau orang Jogja atau Solo, ya, jangan jauh-jauh. Dah, jaga diri baik-baik, jaga ibu sama bapak juga."
Dan gue cuma bisa jawab, "Nggeh, mbah."
Coba itu diulang yang 'nanti kalau nikah sama orang sini aja, atau orang Jogja atau Solo', huh?
Rasanya pengen gue debat ya, tapi gue iya aja untuk menjaga suasana tetap kondusif.
Tolong jangan menyerah, bang, tetap perjuangkan aku ya, yang terpenting restu orang tua, kok. Masalah nenek nanti kita dekati baik-baik aja.
Gue gak kepikiran tuh punya kriteria suami kayak gimana terlebih orang apa, yang penting bisa jadi imam yang baik untuk keluarga nanti. Kalau bisa milih ya gue pilih bang Haris J aja biar nanti langsung dibawa ke Inggris, huahaha . . *siram air biar sadar*
Komentar
Posting Komentar