Jadi terima saja?
Pagi ini seperti biasa gue naik kopaja dari Tanah Abang ke
Slipi. Semuanya berjalan seperti biasa, jalanan macet karena angkot-angkot
ngetem, udara panas, polusi asap knalpot, dan kopaja yang gue tunggu lama
banget datangnya.
Ketika kopaja datang gue langsung naik dan duduk di bangku
yang kosong, lalu penumpang yang lain naik dan memenuhi semua bangku bahkan ada
banyak yang rela berdiri berhimpitan. Benar-benar penuh sesak kopaja pagi ini.
Yang tiba-tiba menggangu pikiran gue adalah disaat kopaja
sudah penuh sesak seperti itu, keneknya masih saja menyuruh penumpangnya untuk
bergeser dan memberi ruang buat penumpang lain yang mau naik.
Kopaja udah penuh sesak dan keneknya masih menyuruh penumpangnya
untuk bergeser. Gila.
Anehnya kami sebagai penumpang yang 90% adalah pekerja
kantoran dengan pakaian rapi, bersih dan wangi pasrah saja diperlakukan seperti
hewan ternak yang diangkut dengan truk, berjubel. Apalagi keneknya dengan kasar
berteriak-teriak menyuruh untuk bergeser, seakan-akan penumpang ini yang
sangat-sangat membutuhkan jasa mereka. Padahal baik penumpang dan jasa angkutan
kan sama-sama membutuhkan satu sama lain.
Gak bisakah kenek atau supir kopaja ini berlaku sedikit
lebih sopan, dan memperlakukan penumpangnya selayaknya penumpang? Apa demi uang
setoran dan armada angkutan yang sedikit mereka jadi berhak memperlakukan
penumpang seperti hewan ternak? Dan kenapa kami (khususnya pekerja kantoran) menerima
saja diperlakukan seperti itu?
#JakartaKeras
BalasHapus:""D
#JakartaSangIbu(tiri)kota
Hapusturun dari kopaja. lembar batu ke kopaja. lari. XD
BalasHapusemang rata2 kopaja ato angkutan umum di jeketi emang begitu. Gue aja pernah pas naik metro, supirnya ngebut dan hampir nabrak tukang sayur :(
Saking keselnya gitu, ye, lempar batu langkah seribu xD
HapusKasian tukang sayurnya, pasti shock :(
Karena kalo protes, kang kopajanya bisa bilang, "Kalo nggak suka, nggak usah naik. jalan kaki aja" kayak jawaban para kreator yutup~
BalasHapusselain itu, kopaja belom terintegrasi langsung dengan sistem pemerintah, yg seberapa banyak org yg diangkut, bayarannya tetep. sehingga mereka memaksakan busnya mengangkut sebanyak mungkin agar penghasilannya memungkinkan lebih banyak.
itu faktanya, solusinya?
Hapusya, senggaknya jangan sekasar kayak memperlakukan hewan ternak ._.
Sepertinya sangat berat yah hidup di Jakarta
BalasHapus