Kento yang Berteman Sepi



Tidak banyak yang kuingat dari kehidupanku sebelum bertemu dengan Rika, yang aku ingat hari ketika aku bertemu dengannya. Sore itu aku merasa sangat lelah dan kesepian, di dalam kotak karton dengan tetap memejamkan mata aku terus mengeong. Lalu aku merasakan sentuhan lembut membelai kepalaku, perlahan aku membuka mata dan melihat senyum manis Rika. 

“Mau pulang denganku?” begitu katanya, lalu membawaku pergi.

Sore ini aku masih duduk di dekat jendela depan, menanti Rika pulang. Aku akan selalu menyambut Rika ketika dia memasuki rumah, seperti yang bisa kulakukan demi melihat senyum manis Rika dan mendengarnya memanggilku, “Kento…”

Saat pertama kali Rika menggendong dan membawa ku pergi, perasaanku lega. Aku tidak mengenal gadis ini sebelumnya tapi aku suka melihat senyumnya. Aku tidak mengkhawatirkan kemana dia akan membawaku, aku hanya merasa nyaman dalam dekapannya.

“Nah, semoga kamu betah, ya, di sini.” Katanya setelah kami sampai di suatu tempat. 

Ternyata dia membawaku ke rumahnya, dia akan merawatku, aku merasa lega. Tidak lama Rika pergi meninggalkan aku sendirian di dalam rumah. Ketika kembali dia memberikan aku susu dan makanan. Aku tidak tau ini apa, tapi rasanya enak, jadi kumakan saja sampai habis. Rika memperhatikan aku makan, 

“Waaa, lucunya … Hmm, baiklah, mulai sekarang aku panggil kamu Kento. Aku Rika, selamat datang di rumahku, ya, Kento.” Sejak saat itu Rika mulai memanggilku Kento. 

Aku suka nama yang diberikannya  untukku. Setelah itu Rikamembawaku ke sebuah ruangan yang lembab. Lalu dia mulai menyiramku dengan air, membasahi seluruh tubuhku perlahan, mengusap dengan cairan yang wangi, lalu menyiramku dengan air lagi. Aku tidak menyukainya, tapi aku diam saja. Aku percaya pada Rika, mungkin ini salah satu caranya merawatku.

Begitulah aku memulai hari-hari kehidupanku hingga saat ini. Ketika aku lapar aku akan mengeong dan mengitari kaki Rika, maka dia akan memberiku makanan. Ketika Rika memanggil , “Kento . . .” maka aku akan berlari mendekat sambil mengeong, lalu dia akan tertawa dan menempatkanku di pangkuannya, membelaiku dengan lembut dan aku merasa sangat nyaman. Lalu dia akan mulai bercerita banyak sekali dan aku memperhatikannya. Aku tidak mengerti apa yang dia bicarakan tapi aku suka mendengar suaranya. Sesekali aku mengeong di sela-sela ceritanya, dia akan tersenyum dan melanjutkan ceritanya. Terkadang dia bercerita dengan raut wajah yang sedih, maka aku akan mengeong lembut dengan maksud menyampaikan, ‘Jangan sedih, aku akan selalu di sini bersamamu’, lalu dia akan tersenyum lagi, dan bercerita lagi hingga kami sama-sama tertidur.


Aku senang ketika bersama Rika, aku tidak lagi merasa sepi. Tapi Rika tidak bisa selalu menemaniku. Setelah memberiku makan di pagi hari dia akan pergi meninggalkanku sendirian di rumah sampai sore hari. Tidak banyak yang bisa aku lakukan jika tidak ada Rika, sepanjang hari aku hanya berkeliling di dalam rumah, sesekali aku mengeong tapi setelahnya sunyi, lalu aku berjalan ke sana, lalu ke sini, sepi sekali. Jika lelah aku akan tertidur di bawah meja. Lalu aku akan duduk di dekat jendela menanti Rika datang. Lama sekali aku menanti kedatangan Rika hingga aku merasa kesepian. Tapi tak apa aku sudah akrab dengan rasa sepi. Walaupun sama-sama merasa sepi, aku memilih di sini, kesepian menunggu Rika daripada kesepian di dalam kotak karton yang dingin. Setidaknya ketika Rika datang aku akan melihat senyumnya dan mendengar suaranya memanggilku, “Kento . . .” 

Komentar

  1. Ini ceritanya fiksi apa beneran, Wi? kungebayanginnya itu Rika dirimu, kentonya ya kucing di rumahmu~ suatu hubungan kuat dalam cerita sederhana. tinggal ditambahin sedikit konflik bakal jadi seru. misal datang kucing atau anjing atau di rumah terjadi korsleting dan si kentonya bingung tapi harus berbuat sesuatu...

    BalasHapus

Posting Komentar