Doing Nothing at Nakama Fest
Dua minggu yang lalu gue diajak buat ikut gabung di komunitas Conan Fans Club dalam acara Nakama Festival di Ecopark Ancol. Gue yang bukan fans Conan tetap aja menerima ajakan itu, karena satu, gue belom ada rencana pas weekend, dua, gratis... tinggal masuk aja. Gue gak pernah nolak gratisan.
Pas sampai di lokasi ekspektasi gue langsung terbangun tinggi, melihat tempat acaranya yang megah dan prestise untuk sekelas festival Jepang yang kayaknya baru kali pertama ini diadakan. Tapi mengingat harga tiket masuknya, ya, wajarlah. Yang bikin "wah" lagi adalah guest starnya itu Do As Infinity. Wah! Tapi dipikir-pikir bisa nonton Do As Infinity langsung dan area festival yang nyaman, harga segitu kok, murah banget, ya.
Dekorasi tempatnya itu serius keren dan tertata sangat rapi (awalnya), di area indoor nyaman banget, di area outdoor yang luaaas banget walaupun panas tapi dekorasi lampion dan banner-banner Nakama sungguh meyakinkan. Di indoor isinya, di lantai atas area komunitas ada stand-stand untuk masing-masing komunitas yang diundang dan obake (rumah hantu Jepang). Di lantai bawah ada panggung dan ... gue gak tau sebenarnya buat apa karena banyak sekat-sekat untuk stand gitu, mungkin tempat untuk jual-jual merchandise anime-anime gitu kayak di event Jepang lainnya.
Di area outdoor yang luas, ada panggung di ujung tanah lapang yang pas siang panasnya ampun-ampunan jadinya sepi gak ada orang. Banyak spot bagus buat foto-foto. Terus ada area makanan, ada area fun games (games seperti lempar suriken, lempar bola ke susunan kaleng, mini bowling, dan Kingyo Sukui - menangkap ikan dengan jaring kertas) dan menariknya bisa nyobain bungee jump trampoline, perosotan dari balon yang tinggi banget, dan bull riding, gratis.
Asli ekspektasi gue ini bakal jadi event yang meriah dan seru banget.
Tapi nyatanya di hari Sabtu bisa dibilang sepi pengunjung, untuk area festival yang segitu luasnya, pengunjungnya sedikit banget, lebih banyak anggota komunitas yang memang diundang gitu. Dan area yang disekat-sekat untuk stand itu kosong. Dan gue masih berpikiran mungkin karena ini masih hari Sabtu, mungkin hari Minggu ramainya pengunjung. Jadi acara hari Sabtu di isi dengan acara ice breaking antar komunitas. Dan beberapa pertunjukan di panggung kecil indoor, juga beberapa acara di area outdoor.
Tapi serius gue gak pernah sebosan ini di event Jejepangan, apalagi ini event pake tagline "The Biggest One-Stop Japanese Entertainment", apaan, cuma acara kumpul komunitas. Sebelumnya gue tau tentang Nakama Festival ini karena dipromosiin sama Aelke Mariska di instagramnya. Selain itu gue gak ngeliat promosinya di tempat lain, padahal ini The Biggest One-Stop Japanese Entertainment.
Di hari Minggu yang gue pikir bakal penuh orang ternyata gak lebih ramai dari pengunjung mall pas baru banget buka. Sepi juga. Bahkan area indoornya gak digunakan untuk kegiatan sama sekali, semua di giring ke area outdoor, kegiatan di fokuskan di panggung di ujung tanah lapang yang pas siang panasnya ampun-ampunan. Area indoor yang sudah mereka tata sedemikian rupa dan hanya disia-siakan gitu aja. Pengunjung di siang hari juga gak terlalu ramai, kebanyakan dari komunitas juga dan yang cosplay juga yah, cuma beberapa.
Inilah pertama kalinya gue bingung banget mau ngapain di event, jadi sama temen-temen cuma duduk-duduk aja sambil makan di deket area makanan yang teduh. Dan gue mulai mikirin, sebenarnya ini event maunya gimana? Apa yang seperti ini udah sesuai dengan ekspektasi mereka?
Lalu sore menjelang malam mulailah berdatangan pengunjung dan langsung merapat ke dekat panggung. Yak, mereka hanya ingin nonton live performance saja. Dan yang paling ditunggu-tunggu adalah Do As Infinity, kapan lagi nonton live performance Do As Infinity dengan harga tiket kurang dari dua ratus ribu rupiah.
Gue gak ikutan nonton live performance karena udah terlanjur bosan, ngantuk dan merasa lelah luar biasa, jadi mari kita lihat suasana live performancenya di sini: A small infinity with Do As Infinity ...
Di blognya mbak Imama bilang "panggungnya bagus (ditulis dua kali dengan yang ke duanya pakai huruf kapital). And the sound comes clean.", yang sekilas bikin gue nyesel gak nonton live performancenya.
Membaca penuturan mbak Imama, gue mikir, kalo gitu akan lebih baik dari awal acaranya hanya fokus di panggung di tanah lapang itu saja untuk semua pertunjukan budaya dan konser musiknya, dan berlangsung satu hari saja cukup. Jadi gak mubazir. Ku kasian sama panitia dan para volunteer yang udah kerja keras tapi kayaknya tidak sesuai harapan.
Satu-satunya yang tetap semangat dan menjalankan perannya dengan baik adalah teman-teman dari Osoji Club Jakarta. Area festival yang seluas itu tetap bersih, banyak tempat sampah, dan anggota dari Osoji Club tetap sweeping ke seluruh area. Keren. Ngomong-ngomong dance osojinya seru, monster sampahnya juga lucu tapi ngeselin, haha.
yeaaayyyy.. Dwi mulai ngevent lagi... tapi kok ya yg jadi fokus utamanya kali ini areanya yg bersih. lah kan mendingan gada eventnya aja klo mau bersihnya. gitu bukan sih?
BalasHapus(!-_-) maksudnya kan, kesadaran manusianya untuk jaga kebersihan di ruang publik, begitu loh...
Hapus