Antara Soka dan Edelweiss
Bunga Soka
atau Asoka banyak dan mudah dilihat di sekitar rumah, baik yang di pulau Jawa
atau di Jepang. Soka Jawa memiliki nama ilmiah Ixora Javanica, sering dipetik anak-anak untuk dihisap pangkal
bunganya karena rasanya manis. Lalu mungkin ada yang belum pernah melihat
secara langsung Anaphalis Javanica nama
ilmiah dari bunga Edelweiss, seperti gue beberapa tahun yang lalu. Gue punya
cerita terkait bunga Soka dan bunga Edelweiss yang masih gue ingat.
Dulu ketika
gue masih duduk di bangku sekolah dasar, tepatnya gue lupa kelas 5 atau kelas
6, kayaknya sih, kelas 5. Para siswa diminta untuk membentuk kelompok belajar
di kelas dan merombak tata letak bangku sesuai dengan kelompok belajarnya.
Jadi, tata letaknya itu melingkar mirip kayak di kelasnya Upin-Ipin, tapi
karena meja di kelas gue kotak namanya bukan melingkar tapi terkotak-kotak, dan
itu menjadi masa-masa paling menderita bagi gue, selain karena posisi kelompok
gue di ujung kiri yang bikin leher gue sakit, apalagi kalau bukan teman
sekelompok yang … ya, gitu deh.
Pada masa
itu gue gak suka dan menganggap konyol ide kelompok belajar itu dan tata letak
bangku yang dirombak sedemikian ekstrim, pertama karena dengan letak bangku
yang jadi seperti labirin itu jadi susah buat disapu dan memberatkan anak yang
posisi duduknya jadi membelakangi guru, serius itu bener-bener bikin sakit
leher. Kedua dibuatnya kelompok belajar yang tujuan awalnya mulia, yaitu anak
yang lebih cepat paham jadi tutor temannya yang agak lambat agar bisa sama-sama
mengikuti pelajaran dan tidak ada lagi yang tertinggal, tapi kenyataannya
anak-anak yang lambat ini malah jadi semakin malas dan mengandalkan temannya.
Sekarang
ketika gue inget lagi masa itu, gue tetap pada pikiran dan perasaan yang sama,
bahwa ide itu konyol dan gue sangat menderita. Dan yang membuat gue ingat masa
itu adalah nama kelompok yang waktu itu disepakati untuk memakai nama-nama
bunga. Seorang teman yang sebelum dibentuk kelompok belajar itu adalah teman
sebangku gue menggunakan nama bunga Edelweiss untuk nama kelompoknya. Itu
adalah pertama kalinya gue mendengar ada bunga yang namanya Edelweiss dan gue
sama sekali gak punya bayangan bagaimana bentuk bunga itu, begitu juga
teman-teman yang lain. Lalu teman gue itu menjelaskan dengan semangat dan rasa
bangga ketika gue tanya, katanya Edelweiss itu bunga yang cantik dan cuma ada
di puncak gunung, namanya juga bagus makanya dia pilih itu untuk nama
kelompoknya, dan selain itu Edelweis juga disebut sebagai bunga abadi karena
gak layu, lalu tersenyum penuh kemenangan. Sementara gue diam penuh
ketidaktahuan.
Berbeda
dengan teman gue itu, untuk nama kelompok gue memilih nama bunga Soka,
dibanding menggunakan nama bunga yang absurd bagi gue kala itu, gue lebih memilih
bunga yang sudah gue kenal, yang setiap hari gue liat, yang suka gue petik dan
gue hisap pangkal bunganya yang terasa manis. Itu aja banyak yang gak tau kalau
bunga yang suka mereka lihat dan mereka petik itu namanya bunga Soka. Gue
tersenyum tipis merasa menang.
Lalu
bertahun-tahun setelahnya, ketika gue mendapat kesempatan untuk bisa melihat
bunga Edelweiss langsung dari habitatnya. Gue takjub bukan karena kecantikan
bunganya seperti yang dikatakan teman gue itu, tapi karena gue bisa melihat
hamparan bunga yang sudah ditetapkan sebagai bunga langka. Edelweis memang
terlihat cantik tapi ketika diperhatikan dari dekat ya … tidak secantik Mawar
atau Lili. Bahkan bunga Soka tetap cantik meski dilihat dari dekat.
Edelweiss
jauh lebih cantik dilihat dari kejauhan, dengan daun-daunnya yang lancip, dengan
pohonnya yang rimbun dan mengerumun, dengan udara yang dingin, dengan rasa lelah
setelah melewati perjalanan menuju puncak-puncak gunung. Dengan cara menikmatinya
seperti itu Edelweiss akan benar-benar menjadi bunga abadi bukan bunga absurd
yang hanya terdengar namanya saja.
Jadi flashback ingat masa lalu. bunga asoka biasa saya petik lalu saya kasih yang terkasih haha
BalasHapusHmm.. Kurang romantis, buat kasih yang terkasih mah, bunga deposito lah ....
HapusSoal edelweiss, gapernah ketemu mekar pas nanjak. Pas di merbabu lagi ga musim, ke papandayan kemaren juga masih banyak yg kuncup :')
BalasHapusHahaha, belom jodoh. Tuh ada info edelweiss mekar antara juni-agustus
HapusKirain cuma anak-anak di daerahku yang jaman kecilnya suka ngidsp-ngisep itu si bunga Soka. Padahal mah, kalau dirasain bener-bener juga hambar. Nggak ada sensasi manis-manisnya sama sekali XD
BalasHapusSama itu, jaman aku SMP di Purworejo juga tiap kelas disuruh rombak tata bangku. Pertama juga dibuat per kelompok gitu. Terus kok kayak e ngga asik dan bener, susah di sapu. Eee akhir-akhirnya, diganti jadi model letter U biar lebih rapi dan pas di sapu juga gampang.
Sepertinya anak-anak di seluruh nusantara suka ngisep bunga soka, haha.
HapusIya, kan, susah disapu.... kan jadi bete kalo pas jadwal piket
Kalo aku malah ngajak ngomong kembang sokanya. Gegara temen yg di samping diem aja pas diajak ngomong. -_-
BalasHapusBerarti ukuran keindahan itu gak hanya rupa, tapi sesulit dna semengesankan apa saat menjumpa.
Kayak pernah ketemu nih, orang yang lebih milih ngobrol sama kembang ketimbang sama manusia di depannya, hmmm... hmm..
HapusIya, kesan memang lebih penting daripada hanya rupa yang terlihat *tsaaah
abisan gimana, temennya pun disuruh makan takoyakinya aja susah bet... padahal udah dipisahin juga yg ada saosnya...
Hapuskesan memang lebih penting, tapi pesan nilainya setara. makanya sering disandingkan pesan dan kesan. ini maksudnya apaan dah.. xD ya pokoknya, kalo udah berkesan, bisa dilanjutkan dengan saling berpesan.
Jadi mau pesan apa? Menu kita hari ini ada spaghetti ala kadarnya xD
HapusNggak. Mau yg Ayam gril asam manis aja. Atau sup miso modified. Tapi dikasiin sambel ya...
HapusMaaf, di sini semua menunya chili free, jadi cuma ada rasa manis asem asin
HapusHmm.. Sekilas info tentang Edelweiss..
BalasHapusBiasanya mekarnya antara Juni-Agustus di gunung"..
Terima kasih, mas, buat infonya
Hapus