Perang Yang Dinantikan di IRF

Di dunia ini perang adalah hal paling dikecam dan paling tidak disukai oleh manusia yang memiliki rasa keperimanusiaan, meski begitu perang akan selalu ada dan kedamaian dunia hanya akan menjadi utopia semata.

Tapi ada satu perang yang sangat ditunggu-tunggu oleh mereka para pecinta buku, yaitu . . .

Book war.

Book war atau bisa diartikan perang buku, bukan perang dengan mengunakan senjata buku tapi kegiatan tukar-menukar buku dengan sistim rebutan. Kegiatan ini sangat dinantikan oleh mereka yang suka baca buku soalnya kita bisa aja mendapatkan buku incaran yang langka hanya dengan menukarnya dengan buku kita yang sudah dibaca (atau buku yang belom dibaca tapi gak tertarik buat membacanya).


Di Jakarta, kegiatan book war ini biasanya ada di acara Festival Pembaca Indonesia atau IRF (Indonesia Readers Festival), selain book war ada book swap juga, sama aja, sih, tukar buku juga tapi book swap agak santai karena gak rebutan. Biasanya di sepanjang acara IRF, teman-teman dari Goodreads Indonesia akan menggelar lapak buku yang bisa ditukar. Jadi, buku-buku di jajarkan di atas meja dan pengunjung bisa bebas menukar buku, sesederhana tinggal ambil satu buku yang kita mau lalu ditukar dengan satu buku yang kita bawa dengan ketentuan bukunya masih bagus dan masih layak buat dibaca.

Tahun 2017 ini IRF diadakan di Perpustakaan Kemendikbud di daerah Senayan, dengan tema “Good Book, Good Companion, Good Life”. Selain ada book swap dan book war di acara ini juga ada berbagai workshop, seperti workshop menulis puisi, workshop menulis non fiksi, dsb. Oh, juga ada Anugrah Pembaca Indonesia sebagai bentuk apresiasi kepada mereka yang bekerja dalam dunia penulisan dan penerbitan buku.

Gue dateng ke acara IRF ini dan bener-bener niat buat menukarkan buku. Mau tau seberapa niat gue?

Hari Jumat gue pulang ke rumah di Depok hanya untuk ambil 9 buku buat ditukar, terus balik lagi ke Slipi. Bawa 9 buku itu berat loh. Lalu hari sabtu, barulah gue bawa buku-buku itu ke acara IRF. Berangkat dari Slipi gue bawa 9 buku yang lumayan banget berat naik transjakarta, untungnya ada jurusan yang langsung ke Bundaran Senayan, artinya gue terbebas dari penyiksaan transit di halte Semanggi. Fyi, jembatan yang menghubungkan halte Semanggi dan dan halte Benhil itu sekitar 500 meter, far enough buat orang Jakarta yang rada males jalan kaki. Dan ternyata gue gak benar-benar terbebas dari jembatan yang rasanya tiada akhir itu, pulangnya gue harus banget transit di halte Benhil dan menyusuri jembatan ke halte Semanggi dengan membawa buku-buku. Pegel.

Sampai di perpustakaan gue langsung ke area book swap dan langsung menukar buku. Gak ada buku yang gue incar, sih, tapi lumayan ditukar sama buku-buku yang belom gue baca, lumayan ada buku filsafat Jawa, novel terjemahan tentang Samurai, dan karena ada banyak light novel terjemahan dari Korea jadi gue pilih satu.

Lalu jam satu siang panitia mengumumkan book war akan segera di mulai, terus para pengunjung mendekati meja. Panitia mulai meletakkan buku-buku bagus di meja, para book worm memicingkan mata mengunci target buku mereka masing-masing sambil memikirkan taktik dan mengumpulkan tenaga agar menjadi yang tercepat mengambil buku incaran. Suasana mulai tegang. Panitia memberikan aba-aba, tepat pada hitungan ke tiga mereka menghambur ke meja dan mulai rebutan buku. Benar-benar rebutan. Sampai kaki mejanya patah. Ternyata bukan cuma ibu-ibu di pasar aja yang ganas rebutan sayuran bagus di pasar, orang-orang ini lebih ganas rebutan buku.



Kasian, panitia harus tanggung jawab sama meja yang rusak

Karena gue gak ngerti buku-buku bagus dan sepertinya gak ada buku yang gue incar, jadi gue perhatiin mereka aja, seru lihatnya. Kebanyakan buku-buku dari penulis luar ada yang terjemahan ada yang masih dalam Bahasa Inggris.

Dan yang gue pikir gue niat banget sampai berat-berat bawa 9 buku dengan tote bag, ternyata ada yang bawa tas semi keril 40 lt isinya buku semua. Terniat.
Ada juga yang udah bawa tas ransel besar ditambah 2 tas jinjing, bahkan ada yang bawa koper, tapi gak tau deh, itu koper isinya buku atau apa, penasaran mau nanya tapi gak jadi, hehe.

Ini pertama kalinya gue ikutan book swap dan melihat book war, seru. Acara IRF-nya sendiri menurut gue agak membosankan buat yang cuma dateng aja, soalnya acaranya cuma talk show, bioskop baca, dan workshop yang harus daftar terlebih dulu dan kuotanya terbatas, dibanding IRF 2013 yang jauh lebih seru karena ada banyak komunitas yang meramaikan. Kenapa menurut gue acara IRF ini agak kurang dukungan, ya? Jadi acaranya terkesan eksklusif dan gak menarik pengunjung lebih banyak.

Semoga tahun depan IRF bisa lebih seru, menarik banyak pengunjung baru, minimal kayak di tahun 2013, banyak komunitas yang meramaikan dengan games-games seru dan membuka stand untuk menjual merchandise.


Tahun depan gue mau tukar buku lagi.

Komentar

  1. Sabtu depan bakal ke event lagi, nggak, Wi? atau bisa direcokin? xD

    kalo di sini walo ada acara buku murah, yang dateng tetep dikit, minat bacanya gak banyak2 amat. mungkin juga karena buku2 yg biasa dipamerkan atau dibazaarkan kurang bagus ya.. aka kurang milenial.

    itu rebutan buku ampe segitunyaaaaaaa... luar biasah. dari cerita ini, satu yang saya kepingin, nyobain jalan di jembatan semanggi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mau ngerecokin kok bilang-bilang ...

      Iya, pasti faktor bukunya yang kurang menarik, atau promosi acaranya kurang luas, atau mungkin juga lebih milih beli buku di toko buku online yang banyak diskonnya, hehe.

      Gih, cobain aja tuh jembatan Semanggi.

      Hapus
    2. Yagimana.. klo gak bilang2 entar:
      1. Orangnya bepergian, jadinya zonk, gak ditanggepin
      2. Gak bepergian, tapi gamau diganggu siapa2
      4. Mau diganggu siapa2, tapi bukan saya
      5. Mau ngetik 3 tadi eh typo ke angka 4 karna deketan. Males ngaous lagi klo komen pake hape gini.

      Hapus

Posting Komentar