Merayakan Hari Puisi Sedunia

Roses are red
Violets are blue
Once again she's come to the rescue


Mari luangkan waktu untuk merayakan hari puisi sedunia yang jatuh pada hari ini, 21 Maret.

Kamu suka berpuisi?
Saya suka berpuisi, tapi jarang. Bagi saya puisi adalah bentuk dari kata hati dan pikiran yang paling jujur tapi juga paling tersamar. Karenanya saya lebih suka jujur lewat puisi soalnya orang-orang yang membaca gak mengerti maksud sebenarnya dari puisi yang saya buat, hehe. Dan lagi para pembaca bebas menafsirkan puisi yang dibacanya, kan?

Ada satu puisi yang saya buat suatu hari di keheningan lewat tengah malam, judulnya Bias. Setelah selesai saya tulis dan saya baca lagi saya merasa puas, lalu seseorang bilang puisinya bagus, saya tersenyum lalu mengangguk, saya pikir itu adalah puisi terbaik yang pernah saya buat.

Bicara puisi, siapa penyair kesukaanmu?
Kalau saya ... tidak ada. Tapi saya suka sekali salah satu puisi karya Sapardi Djoko Damono,


"Aku ingin mencintaimu dengan sederhana"

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

Dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada


Tapi saya lebih suka obrolan yang diposting oleh Aan Mansyur di instagramnya,

"Saya ingin mencintainya dengan sederajat, Pak," kata saya, "O, susah itu! Cintai dengan sadar dana saja. Sebab, kau tahu, itu penyebab banyaknya Bujang Bulan Juni," kata Pak @damonosapardi.

saya terkekeh membacanya, bisa saja eyang satu ini.

Satu lagi puisi yang saya suka, puisi ini dibuat oleh seorang idealis, Soe Hok Gie

"Mandalawangi - Pangrango"

Senja ini, ketika matahari turun
Ke dalam jurang-jurangmu

Aku datang kembali
Ke dalam ribaanmu, dalam sepimu
Dan dalam dinginmu

Walaupun setiap orang berbicara tentang manfaat dan guna
Aku bicara padamu tentang cinta dan keindahan
Dan aku terima kau dalam keberadaanmu
Seperti kau terima daku

Aku cinta padamu, Pangrango yang dingin dan sepi
Sungaimu adalah nyanyian keabadian tentang tiada
Hutanmu adalah misteri segala
Cintamu dan cintaku adalah kebisuan semesta

Malam itu ketika dingin dan kebisuan
Menyelimuti Mandalawangi
Kau datang kembali
Dan bicara padaku tentang kehampaan semua

"Hidup adalah soal keberanian,
Menghadapi yang tanda tanya
Tanpa kita bisa mengerti, tanpa kita bisa menawar
Terimalah, dan hadapilah"

Dan antara ransel-ransel kosong
Dan api unggun yang membara
Aku terima itu semua
Melampaui batas-batas hutanmu

Aku Cinta padamu Pangrango
Karena aku cinta pada keberanian hidup


Dan pada akhirnya saya akan menutup hari puisi sedunia ini dengan lagu yang liriknya paling puitis. Saya rayakan hari ini dengan lagu Sekelumit versi akustik oleh Layur.


Komentar