Temui Aku di Perpustakaan
Biasanya aku mulai dari menyusuri rak filsafat, belok ke rak ilmu sosial dan bermuara di rak sains. Lain waktu aku mulai dari rak sejarah masuk ke lorong rak bahasa dan berakhir di rak sains. Selalu bermuara di rak sains, selalu bermuara kepadamu.
Hari itu aku susuri rak arsitektur taman demi membantu seorang teman mencari sebuah judul buku, tak di sangka yang kutemukan malah dirimu dengan dua buku di tangan kiri sedangkan tangan kananmu masih menyusuri buku-buku di rak atas. Lalu kau menyerah dan berjalan masuk ke lorong rak bahasa melewati rak filsafat dan berhenti di rak sains.
Saat itu aku terheran-heran, apa ini? Kenapa pandanganku tak lepas darimu? Kenapa aku tiba-tiba mengikutimu sampai di rak sains? Kenapa aku mengambil asal sebuah buku dari rak itu, pura-pura kubaca padahal aku mencari celah untuk memperhatikanmu? Siapa gerangan dirimu?
Lalu kau duduk di bangku dekat jendela, meletakkan buku-buku arsitektur dan memilih asik dengan buku yang baru saja kau ambil. Dan pandanganku tak lepas darimu jika saja temanku tak mengirimiku pesan, pemberitahuan pesan masuk di ponselku membuatku bisa kembali menguasai diri dan aku memilih kembali ke kelas.
Hari berikutnya aku berjalan di lorong dan berhenti di depan pintu perpustakaan seperti ada dorongan aku melangkahkan kaki masuk ke perpustakaan, lalu menyusuri rak filsafat lalu ke rak sains dan menemukanmu di ujung lorong sedang duduk dekat jendela dan membaca buku. Aku kembali ke rak filsafat dan mengambil buku filsafat Jawa lalu kembali ke rak sains menuju tempatmu dan duduk di seberangmu. Kau sempatkan untuk melihat ke arahku dan memberi senyum ramah, kubalas senyum sekenanya dan mulai saat itu kita sering duduk bersama dan membaca buku masing-masing.
Lain hari aku tidak menemukanmu di rak sains, aku langsung saja duduk dan mulai membaca dan sesaat kemudian kau datang membawa buku yang sama dengan yang sedang kubaca.
"Hei!"
"Hai."
"Apa kubilang tempat duduk di sini sempurna, kan?"
"Iya"
"Aku mulai tertarik baca buku yang sedang kamu baca."
"Oh, gak sains?"
"Selingan."
Malam ini ada malam puisi dan akustik, satu-satunya acara kampus yang tidak pernah aku lewatkan. Aku telah bersiap dan tiba-tiba saja kau datang dan duduk di sampingku, alunan gitar mulai memainkan intro lagu, aku memandangimu dan mulai bernyanyi ...
Sejak jumpa kita pertama
Ku langsung jatuh cinta
Walau kutahu kau ada pemiliknya
Tapi ku tak dapat membohongi hati nurani
Ku tak dapat menghindari gejolak cinta ini
Maka ijinkanlah aku mencintaimu
Atau bolehkanlah aku sekedar sayang padamu
Memang Serba salah rasanya
Tertusuk panah cinta
Apalagi aku tak ada pemiliknya
Tapi ku tak mampu membohongi hati nurani
Ku tak mampu menghindari gejolak cinta ini
Maka maafkan jika ku mencintaimu
Atau biarkan ku mengharap kau sayang padaku
Lalu kau berbisik di telingku, "Aku keluar sebentar, ya, mau ketemu temen."
Aku hanya mengangguk dan tersenyum melihatmu beranjak. Ah, aku hanya mampu bernyanyi dalam hati, alunan gitar kini sudah berhenti dan pembaca pertama sudah bersiap membacakan puisinya.
Komentar
Posting Komentar