Taman Arkeologi Onrust, My Trip My Drama


Kamu tau ada sejarah kelam tak jauh dari teluk Jakarta?  Yang hanya berjarak 30 menit dengan kapal nelayan, tepatnya di tiga pulau yang masuk ke dalam Taman Arkeologi Onrust, yaitu Pulau Kelor, Onrust dan Cipir. Pulau-pulau tersebut berada dalam wilayah administrasi Kabupaten Kepulauan Seribu.

Kayaknya sudah banyak yang tau, ya, mengingat ini bukan destinasi wisata baru dan sudah banyak sekali paket wisata untuk mengunjungi tiga pulau itu dalam sehari dengan harga yang cukup murah mulai dari Rp 70.000; per orang. Cuma saya baru berkesempatan mengunjungi pulau-pulau itu di hari libur tanggal 10 Mei kemarin. Karena sudah banyak yang menceritakan sejarah tentang tiga pulau itu jadi gak perlu dibahas lagi di sini.

Sejujurnya saya gak benar-benar berniat dengan perjalanan ini, selain memang gak terlalu suka udara laut dan rasanya melelahkan sekali libur hanya satu hari digunakan untuk jalan-jalan seharian. Tapi saya gak bisa menolak ajakan teman satu ini dan kayaknya juga butuh pengalihan sejenak dari rutinitas yang menjemukan. Jadi kenapa gak? Menjelajahi tempat baru gak akan menjadi hal yang sia-sia.




Biarkan saya mulai cerita perjalanan ini dengan segala dramanya. Sebelumnya perkenalkan dulu para tokoh sentral dalam cerita ini. Ada teman saya, Iha, yang mana perjalanan ini adalah idenya. Dua teman Iha, yaitu Indah dan Wiwi, yang di awal perjalanan sudah menyumbang drama. Teman kos saya mbak Sanni. Dan saya sendiri yang jika diijinkan menjadi protagonis, kalo gak boleh juga gak apa-apa sih, saya jadi figuran juga gak masalah.

Titik kumpul adalah di dermaga Muara Kamal paling lambat pukul 08.30 wib, karena kami belum ada yang pernah ke sana, saya menyarankan untuk berangkat jam setengah enam karena jarak rumah Iha dan teman-temannya jauh. Rencananya kami akan bertemu dan jalan ke Muara Kamal bersama dari stasiun Kota. Rupanya salah satu teman Iha terlambat, Saya dan mbak Sanni yang sudah sampai di stasiun Kota lebih dulu mulai misuh-misuh dan was-was perjalanan ini bakal gagal. Bayangkan pukul 07.57 wib Iha dan teman-temannya baru sampai di Kota dan kami masih harus menempuh jarak 16 km menuju Muara Kamal dan dapat kabar ada kecelakaan di dekat Muara Kamal, ada kontainer terjebak dan belum dievakuasi. 

Ini kenapa selalu ada masalah menyertai perjalanan saya, ya? Hmm.


Dengan agak panik  kami memesan taksi online dan dibatalkan berkali-kali oleh pengemudinya dengan alasan mobilnya terlalu kecil-lah, jarak pengemudi terlalu jauhlah sampai akhirnya dapet yang mau mengantar. Di mobil kami cukup berisik, mulai cari-cari alasan pembenaran untuk dijelaskan ke panitia, sampai ribut di grup chat merengek ke panitia agar jangan ditinggalin. 

Sampai di tempat kecelakaan memang benar masih ada kontainer yang terjebak bikin jalanan macet, akhirnya kami terpaksa turun dari mobil (karena dipaksa turun oleh oknum setempat) dan mulai jalan cepat sekitar 500 meter menuju dermaga, melewati pasar ikan yang agak becek. Sampai di dermaga di meja pendaftaran ulang sudah gak terlihat ada panitia, di tengah kepanikan muncullah seorang panitia dengan pengeras suara menanyakan apakah masih ada peserta yang baru sampai, saat itulah kami bisa lega tapi langsung berganti jadi malu karena terlambat. Kami langsung naik ke kapal diiringi tatapan kesal (tapi terlihat santai) peserta lain yang sudah duduk rapi di kapal.

Kapal yang kami naiki di beri nama kapal ‘I Love You’ oleh panitia, kenapa diberi nama itu? Supaya ketika panitia bilang “Kapal I Love You!” para peserta menjawab “I Love You Too!” 
Hal itu sudah bisa membuat kami yakin panitianya jomblo.


Pemberhentian pertama adalah Pulau Kelor, merupakan pulau terkecil dari dua pulau lainnya dan memang gak terlalu luas, ungkapan ‘selebar daun kelor’ bisa berlaku di sini. Daya tarik pulau ini adalah sisa benteng Martello yang disusun dari bata merah. Bangunan melingkar dengan 4 jendela dan lubang meriam di bawah masing-masing jendela. 

Saat ini bangunannya sudah gak utuh, gak sekokoh dahulu dan rawan rubuh, jadi untuk menjaga yang tersisa dan menjaga keselamatan pengunjung, ada larangan memanjat atau naik ke jendela-jendela benteng. Tapi selalu ada pengunjung yang dablek, dengan cueknya memanjat dan foto-foto di atas benteng, padahal mah bentengnya terlihat bagus kalo di foto dari jauh. Gak banyak yang bisa dilakukan di sini, paling foto-foto, piknik dan menikmati pantai. Jadi setelah menunaikan tugas jadi tukang foto dan berkeliling saya dan mbak Sanni mencari tempat teduh di bawah pohon, duduk-duduk sampai di panggil untuk melanjutkan perjalanan.






Selanjutnya pulau Onrust, di pulau ini banyak cerita sejarah dan peninggalannya. Kami dipersilakan untuk ikut tour sejarah berkeliling pulau sambil mendengar cerita dari pemandunya, bagi yang gak mau juga gak apa-apa. Karena saya sudah merasa lelah dan malas mendengarkan cerita sejarah, jadi gak benar-benar mengikuti rombongan dan lebih banyak duduk. 

Sejarahnya dahulu pulau Onrust ini dijadikan sebagai tempat karantina haji, makanya banyak sisa-sisa pondasi barak yang digunakan untuk calon jamaah haji tidur. Bangunannya banyak yang sudah jadi reruntuhan, kalo yang gak tau sejarahnya cuma terlihat reruntuhan biasa aja. Nah, supaya wisata sejarahnya berasa lebih baik cari tau dulu cerita sejarahnya dan ikut mendengarkan cerita pemandu sambil berkeliling. Kalo saya mah lebih tertarik hammockan di tepi pantai aja.


Tujuan terakhir adalah pulau Cipir, sejarahnya masih berhubungan dengan pulau Onrust. Di pulau Cipir ada sisa bangunan rumah sakit untuk merawat jamaah haji yang sakit, juga sisa pondasi jembatan yang menghubungkan pulau Onrust dan pulau Cipir. Kedua pulau itu memang berdekatan jadi kalo kamu bosen naik kapal dan mau berenang aja dari pulau Onrust ke pulau Cipir silakan aja.

Di pulau Cipir waktunya cukup lama, bisa main permainan air seperti banana bout, mencari jejak sejarah, atau tidur juga bisa. Saya dan mbak Sanni memilih duduk santai di atas beton di tepian pulau menikmati laut dan menonton orang mancing, sungguh santai dan luang waktu kami sampai bisa menonton orang mancing, juga memperhatikan ombak yang jika menabrak beton dan percikan airnya sampai memercik tinggi kami reflek bilang "whoaa..". Sementara Iha dan teman-temannya entah ngapain, sampai pada akhirnya kami berkumpul menikmati matahari terbenam.




Malamnya ada acara pelepasan lampion di dekat dermaga. Jauh dari kesan indah lampion-lampion yang beterbangan, malah terlihat hanya acara bakar-bakar kertas aja dan hanya meninggalkan sampah. Sia-sia. 

Dan begitulah perjalanan berakhir, cukup menyenangkan liburan singkat mengunjungi pulau meski lelah tapi dapat teman baru, jadi punya cerita (drama) baru, ada stok foto baru buat feed instagram, juga quality time sama mbak Sanni biasanya kami diem-dieman di kos, ini jadi bisa diem-dieman di tepi laut sambil berbagi earphone dengerin lagu-lagu Banda Neira. Terima kasih Iha, Indah, Wiwi dan mbak Sanni sudah berbagi momen liburan, semoga bisa liburan bareng lagi.



Lalu, apa kamu gak mau diem-dieman di tepi laut sambil berbagi earphone sama aku?

Komentar

  1. Buset dah.. Untung kekejar ya.. Yang paling nyebelin emang kalo pas keberangatan ada aja halangan, bikin enggak enjoy tripnya..
    Misal gagal berangkat, pasti ngamuk-ngamuk dah bakalan.. haha

    Tapi Alhamdulillah ya bisa enjoy pas sampai destinasinya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya nih, selalu ada aja halangan kalo mau jalan-jalan :( tapi jadi seru seru panik gitu, hehe.
      Kalo gagal gak ngamuk juga,sih.. cuma ya, kesel aja. Paling cari destinasi lain.

      Hapus
    2. Emm.. Ngamuknya misal gagal berangkat ke tempat yg udah diidam-idamkan + persiapannya lama.. hehe

      Hapus
    3. Nah, kalo itu bakal patah hati, sih.. tapi tetep gak perlu sampai ngamuk, sadar karena manusia hanya bisa berencana. Bukankah begitu?

      Hapus
    4. Y enggak ngamuk beneren juga.. Itu kan perumpamaan.. hehe

      Hapus
  2. Aku cuma pernah melintasi pulau Onrust ini saat ke pantai Tidung.
    Dari kejauhan bangunan terbengkelainya memang kelihatan misterius ditengah pulau.

    Tadinya pengin sekalian ke pulau Onrust,cuma cerita scarry nya jadi aku batalkan kesana, soalnya saat itu aku solo travelling .., takut ada penampakan 😅

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha, iya, memang terasa horror tempatnya

      Hapus
  3. Aku gagal fokus sama nama kapalnya yang "I Love You" hahaha.
    Anyway, walaupun berawal drama, endingnya akhirnya bahagia ya bisa liburan seru di pulau :D

    Cheers,
    Dee - heydeerahma.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dramanya itu yang sebenernya bikin seru, sih, hahaha.

      Hapus

Posting Komentar