Teman Media Sosial

Sekitar seminggu yang lalu saya akhirnya bertemu dengan seorang teman yang bisa dibilang sudah lama kenal tapi belum pernah bertatap muka. Hal yang biasa aja, sih, di zaman serba online ini. Tapi bagi saya yang introvert jadi lebih berkesan aja. Meski cukup aktif di media sosial sebenarnya gak membuat saya jadi banyak teman atau kenalan, bahkan di media sosial pun saya berusaha bersembunyi, absurd memang main media sosial karena narsis tapi gak mau banyak orang tau.

Selama beberapa tahun main media sosial saya hanya berhasil menambah beberapa kenalan aja, itu pun hanya sekedar saling mengikuti dan saling memberi 'like' dan komentar sekenanya. Hahaha, ya terus memang mau bagaimana lagi, ya? 

Ya, kan, ada yang berawal kenal dari media sosial terus deket dan akhirnya jadian, hehe. Ada yang awalnya kenal dari media sosial lama-lama deket dan jadi menjalankan bisnis bareng, ya... semacam itulah.

Saya juga punya cerita semacam itu salah satunya perkenalan saya dengan Lina yang berawal dari twitter dan berlanjut jadi deket banget di dunia nyata yang mana ceritanya pernah ditulis di sini (Persahabatan Bersemi ..). 

Perkenalan saya dengan Dian ini akan menambah cerita saya punya teman dari media sosial. Sejujurnya sudah agak-agak lupa awalnya kenal Dian itu bagaimana, mungkin sekitar tahun 2011 saat saya masih aktif main facebook, entah gimana awalnya saya cuma ingat dulu kita sering saling sapa di dinding juga kolom komentar. Hal-hal yang dibicarakan seputar Harry Potter dan Taylor Swift. Dan akhirnya minggu lalu kami bisa duduk bareng dan ngobrol-ngobrol.

Kesan pertama yang menyenangkan!

Saya suka karena Dian tipe orang yang suka bercerita, memulai obrolan, dan banyak nanya, semacam teman yang tepat untuk duduk santai minum matcha (karena kami gak minum kopi, dan lebih suka matcha), membuat saya yang introvert ini gak merasa canggung di pertemuan pertama. Tapi gak tau deh kesan pertama dia ke saya gimana.

Penilaian awal saya (berdasarkan apa yang saya lihat di media sosialnya) Dian ini orang yang rame agak pecicilan, ternyata nggak, hahaha. Ternyata pembawaannya tenang dan suaranya kalem dan terlihat sekali dia tidak punya masalah dengan bertemu orang baru. Mungkin karena profesinya juga yang seorang guru jadi berhadapan dengan banyak orang dan orang baru itu sudah biasa. 

Berdasarkan kesan pertama yang baik ini saya gak ragu buat sering-sering main bareng lagi nantinya, hahaha. Mungkin ini hal yang sepele ya, buat kalian tapi bagi saya ini sangat mengesankan, bertemu dengan orang baru yang menyenangkan selalu membuat saya bersemangat.

Oh, iya, saya juga mau cerita tentang minuman yang saya pesan waktu itu. Waktu itu kami memang masuk coffeshop tapi gak satupun diantara kami pesan kopi, Dian pesan ice matcha latte dan saya sok-sok-an pesan hot hojicha latte. Belum tau kan, hojicha itu apa? Sama. Makanya saya coba.

Lalu apakah rasanya enak?
Sesapan pertama agak kaget karena rasanya agak aneh, minum ke dua kalinya jadi lumayan enak, setelah sesapan ke enam saya menyerah. Saya memutuskan untuk setia dengan matcha aja.

Hojicha itu sebenarnya teh hijau juga, cuma dalam prosesnya daun tehnya itu dibakar atau dipanggang jadi warnanya agak coklat gitu dan rasanya jadi aneh unik. Ya, kalian coba aja. Kalo saya .. sudahlah cukup matcha.