Jeda di Penghujung Senin


Saya bangkit untuk mematikan lampu kamar setelah mengirimkan pesan bahwa saya akan tidur, kemudian memejamkan mata sambil menarik selimut sampai menutupi kepala. Bukan langsung tertidur kepala saya malah memutar kembali adegan-adegan hari ini yang telah saya lewati, terlalu naik turun seperti roller coaster.

Ada dorongan aneh yang membuat saya kembali bangkit, menyalakan lampu dan menyambar laptop dalam sekejap. Sungguh saya sudah lelah, mata sudah ingin terpejam, tapi sialnya kepala saya malah berusaha menyusun kata demi kata menjadi kalimat, kalimat demi kalimat menjadi paragraf. Ah, masa bodo dengan tidur, masa bodo besok bisa bangun kesiangan, masa bodo besok akan telat ke kantor, masa bodo dengan laki-laki tua penjilat yang haus akan harta dan jabatan dan semua email-email omong kosongnya!

Tangan saya sudah melompat-lompat dari huruf satu ke huruf lain di papan ketik.Tidak tau apa yang akan saya ketik, hanya membuat jeda, supaya Senin ini tidak terlewat begitu saja. Dan, empat menit lagi akan berganti hari. Masa bodo!

Pagi tadi sebelum memulai rutinitas di kubikel, saya sempatkan membuka instagram yang sudah lama dianggurkan dan mendapat dua pesan dari dua teman lama. Satu mengabarkan kabar bahagia sekaligus mengundang saya untuk hadir dalam hajatnya. Satu lagi memamerkan hasil karyanya yang saya akui memang keren, dan berakhir bertukar kabar. Setelah merespon kedua pesan tersebut, saya terdiam sejenak untuk sekedar tersenyum dan menyusun kalimat bijak. Pencapaian setiap manusia yang masih bernapas itu memang berbeda-beda, saya ikut berbahagia dan bangga dengan kedua teman saya itu.

Selang beberapa jam setelah itu, ketika saya tengah menyortir dokumen, saya mendapat pesan whatsapp dari teman lama lainnya. Pesannya sebatas menanyakan kabar karena memang sudah cukup lama kami tidak bertukar pesan, terlintas candaan dalam kepala jangan-jangan dia juga akan mengundang saya dalam hajatnya sebelum membalas pesannya. Dan memang benar, dia berniat mengajak saya turut serta dalam hajatnya tapi bukan seperti pikiran saya tadi. Ajakan yang menggiurkan, apalagi kalau bukan ajakan naik gunung. Tapi kali ini saya tidak implusif langsung mengiyakan seperti empat tahun yang lalu, tidak juga serta merta menolak, semacam memberi harapan yang tidak jelas, tapi saya pastikan tidak ada perasaan yang terluka, tidak ada yang dirugikan dalam situasi ini. Tak disangka motivasi untuk rajin bekerja adalah dengan membuat rencana-rencana pendakian gunung.

Malamnya saya melempar ajakan untuk menghadiri undangan teman tadi bersama-sama dalam chat group. Satu merespon abu-abu, tidak bisa tapi ingin mengusahakan datang. Satu tidak ada respon. Satu respon positif mengiyakan. Ah, saya langsung menyadari keadaan, di umur segini satu per satu teman melepas masa lajangnya, hanya tersisa sedikit yang lajang yang masih bisa diajak sekedar menghadiri undangan bersama-sama, faktor kurang luasnya pergaulan dan sedikitnya hubungan pertemanan yang berhasil saya ciptakanlah yang menjadi masalah saya. Ah, tapi itu bukan masalah, semua masih bisa saya tanggapi dengan santai. Berbahagia dengan kabar gembira yang mereka sampaikan, bangga dengan berbagai pencapaian yang mereka raih, dan memberi dukungan pada mereka yang patah semangat. Bukankah begitu cara sederhana menjalani kehidupan sosial? Bukankah begitu manusia-manusia waras yang masih bernapas menjalani hidup?

Terlebih manusia waras yang masih bernapas dan mengaku bertuhan. Tidak memelihara perasaan iri, tidak merusak nama baik orang lain, tidak menyusun skenario menyingkirkan orang lain demi kepentingan nafsu pribadi, tidak menghalalkan segala cara hanya agar perutnya sendiri tetap kenyang. Lihatlah mereka, manusia-manusia yang telah mati, yang sudah tidak bernapas, apa yang mereka bawa dalam kuburnya? Hanya sehelai kain putih serta amalan-amalan yang dikerjakannya semasa hidup. Kecuali yang meyakini apa-apa yang terkumpul di dunia akan bisa dinikmati di alam sana. Tapi tetap saja dalam pandangan kasat mata yang tersisa dari peti yang terbakar hanya abu yang akan berhamburan jika tertiup angin.

Ah, apa-apaan lima ratus sekian kata yang terketik ini. Masa bodo.



Komentar

  1. Rame syekali berarti notifnya senin kemaren yak, ahahahaha... besok kalo telat, gausah mandi lagi saja. Mandi hanya untuk org kotor. xD

    Kalo impulsif mengiyakan kayak dulu, entar janjian berangkatnya seabis magrib lagi loh. jangan lupa minum coklat besok, penelitiannya, bisa menenangkan pikiran~

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalo malamnya udah mandi, paginya gak perlu-perlu amat mandi, sih, hehe
      Iya, ngarep ada yang ngirimin coklat atau eskrim gitu padahal

      Hapus

Posting Komentar