Nonaria dan Hari yang Berakhir Larut

Sabtu pagi saya membebaskan diri dengan bangun agak siang setelah malam sebelumnya pulang larut dan itu benar-benar melelahkan. Lalu saya teringat album terbaru Taylor Swift yang Jumat kemarin baru saja rilis, selesai mendengarkan satu per satu lagu dengan seksama, sepertinya untuk kesan pertama saya menyukai It’s Nice To Have A Friend dan tentu saja Lover. Wah.. mendengarkan Lover saya jadi berangan-angan di acara pernikahan saya nanti lagu ini harus diputar, ya kalau ada.

Saya ingat sudah ada janji untuk menghabiskan akhir pekan di Taman Ismail Marzuki, sorenya bersiap dan langsung menuju TIM, tapi saya menyesal datang terlambat. Lalu kami langsung masuk ke gedung Teater Kecil dan mengikuti diskusi seru berjudul “Sad Story by Two Postmen between All Fish and Badrul Mustafa” yang sudah berlangsung dua puluh menit. Ini cukup menyenangkan karena salah satu penulis yang diajak diskusi ada Dea Anugrah, saya tau Dea akan mengisi acara di JILF tapi saya gak membaca susunan acara dan gak menyangka di diskusi sore itu, tepat sekali untuk tidak mengharapkan apapun ketika berangkat tadi.

doc @jilfindo
Salah satu pertanyaan yang diajukan kurang lebih begini, ‘Apakah ada penulis yang menjadi panutan ketika menulis dan apakah ingin bisa menulis seperti panutannya?' sambil mendengarkan jawabannya saya juga memikirkan jawaban saya sendiri yang tentu saja saya simpan untuk diri sendiri, baik, tidak benar-benar saya simpan sendiri karena saya menuliskannya di blog ini sekarang. Tentu saja saya punya beberapa penulis yang menjadi panutan, yang selalu terpikirkan tulisannya ketika saya ingin menulis, belum lama Dea Anugrah menjadi salah satunya. Sebenarnya saya ingin memiliki gaya sendiri dalam menulis tapi karena masih dalam tahap pencarian jati diri (sampai sekarang pun) saya mencoba untuk meniru. Saya cukup berhasil ketika meniru gaya menulis bang Acen di catatan perjalanan mendaki gunung, cukup menyenangkan. Tapi untuk meniru gaya Dea, ah, masih terlalu dini, sangat jauh levelnya.

Selesai mengikuti diskusi literasi, kami pindah ke pelataran Plaza Teater Besar untuk menonton pertunjukkan dari Teater Koma dan Museum Weekend membawakan teater kuliner berjudul “Asam di laut, Garam di gunung” penuh humor dan cukup menghibur, meski saya tidak terlalu menikmati karena duduk di belakang dan terhalangi penonton yang duduk di depan.

doc @jilfindo
Selanjutnya hiburan diisi pertunjukkan musik dari Nonaria. Akhirnya kesampaian juga saya menyaksikan pertunjukkan musik dari salah satu band indie lokal. Nonaria membawakan lagu bernuansa jazzy tahun 50-an dengan sangat ceria, meskipun belum pernah mendengar saya bisa ikut menikmati lagu-lagunya, bahkan kami sempat membuat lelucon dari lagu-lagu yang dibawakan malam itu. Dan aksi panggung Nonaria memang benar-benar menghibur!




Saya pikir hari itu berakhir menyenangkan di antara kami, tapi ternyata saya mengacaukannya, meski tidak terlalu buruk (menurut saya). “Dwi hari ini menyebalkan, banyak diam.” Wow, selain datang terlambat saya kira sudah tidak punya dosa lain, ternyata diamnya saya pun menjadi dosa yang harus saya renungkan. Mungkin butuh tidur yang cukup supaya tidak menjadi menyebalkan (tidak ada jaminannya). 

Pada akhirnya Sabtu malam itu saya tidur larut lagi, arrgh… ini benar-benar melelahkan dua minggu terakhir tidur larut. Mungkin malam ini saya akan minum obat tidur saja.

Komentar

  1. Kalo dibilang lebih fokus ke menyebalkan karena diam, sepertinya perihal terlambat itu yg justru bukan masalah. iya gak sih? apa kalian selama di sana nggak saling bicara memangnya?

    etapi mending ditanyakan lebih lanjut sih, dibicarain, semua itu kan hanya asumsi di kepala. atau mungkin juga perlu rehat lebih banyak, kalau2 malah temenmu itu yg ternyata bikin lelah. nikmatis endiri dulu saja. bilang lagi sibuk gitu kalo dihubungi atau diajak ke mana2.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kan, ada masanya gitu mau menikmati waktu bersama dalam diam.
      Iya, emang semuanya harus dibicarain, apapun itu biar jelas dan biar gak diem aja, haha.

      Hapus

Posting Komentar