Penghancur Sepi

Memories consume like opening the wound
I’m picking me apart again

Menggelikan, baru saja merebahkan diri di kasur dalam kamar yang gelap pekat karena listrik mati, lagu itu langsung teputar di kepala seakan-akan ada yang memutarnya di radio tape.

You all assume
I’m safe here in my room
Unless I try to start again
I don’t want to be the one the battles always choose
Cause inside I realize that I’m the one confused 

Bukan hal yang diharapkan tapi mendadak muncul kembali, radio tape warna perpaduan biru dan abu-abu, kaset yang dipinjam tanpa diketahui oleh pemiliknya karena sang empunya sedang menetap sementara di luar kota.

Di setiap malam yang tidak ada tugas sekolah, yang sepi, sendirian, menyebalkan, salah satu lagu dalam kaset itulah yang mengisinya, memecah keheningan. Sibuk mempercepat putaran kaset untuk mencari lagu yang diinginkan, mengganti sisi A ke sisi B, atau merapikan pita yang tersangkut lalu menggulungnya dengan bantuan pensil atau pulpen sedapatnya tangan meraih.

Siap dengan buklet lirik di tangan yang sebelumnya sudah dibaca berulang-ulang kali agar bisa ikut melafalkan ketika lagunya terputar, bahkan berhari-hari menghafal sambil menyapu lantai. Lalu mencari arti per katanya di kamus tebal yang tentu saja pemiliknya juga tidak mengetahui kamusnya dipakai.

Ah, sudahlah tak perlu dilawan, nyanyikan saja lagunya

Clutching my cure
I tightly lock the door
I try to catch my breath again
I hurt much more than any time before
I have no options left again
I don’t want to be the one the battles always choose
Cause inside I realize that I’m the one confused

Ah, kapan listrik akan menyala?
Ini benar-benar memories consume me like opening the wound, kesepian benar-benar menguasai panggung dalam kegelapan dan kesendirian. Sampai akhirnya muncul pemberitahuan pesan masuk di layar smartphone “Iya. Kamu gak sendirian, kok.” Lalu satu panggilan masuk yang menghancurkan panggung kesepian.

Komentar