Rencana Sebelum Hujan
Beberapa bulan terakhir emak selalu protes kalau saya cerita habis pergi ke mana-mana sendirian, beliau khawatir dan selalu meminta (dan memaksa) saya buat mengajak teman apalagi kalau pergi sampai malam. Cukup mengherankan mengingat dulu beliau selo saja ketika saya pulang jam dua pagi sendirian naik ojeg sehabis dari perjalanan mendaki gunung. Apakah beliau baru menyadari bahwa anak perempuan satu-satunya ini sangat imut dan polos sehingga rawan dibohongi dan dimanipulasi?
Selain alasan tidak punya teman yang selalu bisa, mau dan
siap untuk ajakan random, terkadang saya lebih nyaman pergi sendiri
karena bisa lebih cepat, tidak perlu negosiasi, dan tentu saja tidak perlu memikirkan
bahan obrolan. Meski memang kadang saya merasa agak takut karena memiliki
tampang bocah dan tampang seperti orang bingung ini benar-benar sasaran empuk
bagi orang yang berniat jahat.
Bicara tentang pergi sendirian, Sabtu kemarin saya pergi ke
Bogor untuk menghadiri sebuah workshop sendirian, dan malah berakhir
agak mengenaskan. Entahlah kalau saya random pergi sendiri selalu saja
ada keapesan yang mengiringi, yang kalau saya ceritakan ke teman membuat saya semakin
ingin memisuhi karena mereka akan tertawa bahagia tanpa rasa berdosa sedikit
pun. Tapi nggak apa-apa membuat teman bahagia saya juga ikut bahagia. Meski sakit.
Sedikit.
Sebenarnya saya tidak terlalu berniat untuk mengikuti workshop
ini, hanya iseng saja ikutan daftar dan ternyata saya mendapat undangannya, saya
pikir lumayan untuk pengalihan dari situasi dan berita-berita yang dua minggu
ini bikin sakit kepala. Perjalanan pergi ke Bogor cukup lancar dan
menyenangkan, sengaja telinga saya sumpal earphone mendengarkan lagu
supaya tidak kedengaran jika orang membicarakan persoalan pelik yang terjadi
belakangan ini, saya ingin santai saja hari itu. Kondisi di gerbong kereta juga
lengang sehingga saya bisa duduk dari stasiun Tanah Abang sampai stasiun Bogor.
Sampai di tempat tujuan semuanya terasa lancar.
Ketidakberuntungan saya alami ketika perjalanan pulang, sore
itu mungkin memang jadwalnya Bogor hujan. Mungkin ini hujan yang dirindukan
banyak orang termasuk saya, tapi bukan kehujanan di jalan yang saya rindukan. Tau
sudah gerimis saya nekat pesan ojeg online menuju stasiun Bogor, dengan harapan
bisa cepat sampai stasiun sebelum hujan menjadi deras. Tapi memang malang tak
dapat ditolak, di tengah perjalanan hujan menjadi semakin deras dan supir ojeg
memutuskan untuk berteduh di bawah pohon yang cukup lebat, tapi ya percuma saja
tetap kena air hujan saking derasnya. Mau berteduh dengan membuka payung pun
sia-sia karena ternyata payung saya rusak dan saya harus patah hati lagi karena
payung kesayangan saya rusak dengan tiba-tiba di saat sedang sangat dibutuhkan.
Hujan nggak kunjung reda kemudian supir ojeg memberikan saya
jas hujan untuk melanjutkan perjalanan. Sampai sini saya cukup sabar untuk
tidak misuh meski di dalam hati. Tapi kalau memang ada jas hujan kenapa tidak dari
awal saja menawarkan mau pakes jas hujan tidak?! Hhhh.
Sesampainya di stasiun saya sudah ingin menangis meratapi
keadaan, jauh dari rumah, basah kuyup kehujanan, sedang pakai baju putih dan
langsung menerawang kena basah yang saya baru ingat kalau tali bra berwarna
mencolok lalu langsung sibuk menata kerudung agar bisa menutupi dengan
sempurna, sepatu high sneakers yang banjir karena airnya terperangkap,
dan tentu saja kedinginan. Akhirnya saya putuskan untuk pulang ke Depok karena ini
sungguh memalukan kalau memaksa pulang ke Jakarta mengingat di Jakarta tidak
ada hujan sama sekali.
Padahal sebelumnya saya berniat untuk mampir ke acara Malam Puisi
Depok sebelum pulang supaya bisa menutup hari dengan puitis, sempat mengajak
Aryo juga untuk menemani (sekalian minta diantar pulang nantinya) tapi Aryo
tidak bisa. Masih berniat untuk datang meski sendiri namun, memang tidak
diijinkan maka sampai kehujanan dan akhirnya harus langsung pulang.
Mungkin benar juga, saya kualat karena ketika
kamu menanyakan apa kegiatan saya minggu ini dan saya jawab akan di kos saja
dan blogging tapi kenyataannya malah pergi ke Bogor dan berakhir
kehujanan.
Lalu diceritakan ulang begini, apalagi coba yang bisa kami lakukan sebagai pembaca selain menertawakan. xD xD xD xD xD xD xD xD
BalasHapusBukan ketawa dengki karena orang dapat hari yang menyebalkan, ya walo ada sih sedikit, tapi bisa ngetawain karena saat menceritakannya, kami ini yang dengar atau yang baca tau, itu udah lewat kejadiannya. dan kini sedang baik-baik saja. Kecuali itu semacam hal yang punya bekas terus menerus di badan, kayak ngalami luka. ya nggak ketawa lah. Toh, tali bra merah menerawangnya udah gak keliatan lagi kan... apa masih?
Bukan merah tapi oranye.
HapusLagian juga niat diceritain lagi emang buat ditertawakan sih, ahaha.
Beneran sasaran mudah ini anak kalo ada hipnotis2an di jalan.
HapusHei... jangan dikasi tau warna aslinya. ahahaha.
:( kayaknya emang harus ngajak temen ya kalo pergi.
HapusNyari pacar aja, sih, Wi, biar ke mana-mana ada temennya.
HapusMas pikir saya jomlo? Hah?
HapusKok sendirian? Yang dihubungi buat malam puisi depok itu juga temen kan, bukan pacar?
Hapusjadi gini ...
HapusWow, cerita yang sangat pantas ditertawakan. HAHAHAHAHAHA
BalasHapusYa, tertawalah
Hapus