Sedikit Piknik Banyak Ngerinya
Minggu pagi untuk pertama kalinya saya pergi ke luar (selain ke kantor dan minimart) bersama tiga teman sekosan menuju komplek Kementrian Keuangan di dekat Lapangan Banteng, Jakarta Pusat. Di sana sudah ada mbak Fitri (teman satu kos juga) dan beberapa anggota club archery. Tujuan kami ingin mencoba memanah tapi malah lebih banyak duduk-duduknya.
Mbak Fitri yang memang sudah sering latihan memanah di sana dan juga sudah menjadi salah satu pelatihnya mengajak kami untuk datang dan mencoba memanah. Tentu saja kami menyambutnya dengan riang gembira. Berangkat dengan semangat untuk mencoba hal baru tapi saya jadi ngeri sendiri pas di jalan melihat banyak orang, pagi tadi banyak orang ramai-ramai bersepeda melewati Monas dan Bunderan HI. Sesaat saya mikir ngapain, ya, saya repot-repot keluar, sudah benar leha-leha saja di kosan.
Sesampainya di lokasi memanah yaitu lapangan di dalam komplek gedung Kementrian Keuangan, kami diperiksa suhu tubuh, pakai hand sanitizer, pakai masker dan peralatan memanah yang akan kami pakai disemprot disinfektan, dan harus jaga jarak satu sama lain.
Sebelum mulai memanah kami melakukan pemanasan dan peregangan untuk mengurangi risiko cedera. Selesai pemanasan, kami mendengar penjelasan mbak Fitri yang memperkenalkan nama bagian-bagian busur dan anak panah, postur tubuh yang benar dan cara memegang busur serta mengambil anak panah.
Kami langsung mencoba memanah berbekal pengarahan singkat dari mbak Fitri. Hasilnya?
Saya di percobaan pertama dari empat anak panah yang diberikan hanya satu yang mengenai target di area warna kuning, satu di area biru, satu meleset ke tanah, anak panah terakhir mengenai target di area warna kuning tapi bukan target yang saya bidik melainkan target sebelahnya alias salah sasaran. Kesimpulannya, bidikan pertama sukses mengenai target hanya kebetulan semata. Ternyata membidik dengan busur panah lebih sulit daripada airsoft gun.
Setelah kami selesai peralatan yang kami pakai disemprot disinfektan kembali sebelum disimpan. Selanjutnya kami hanya duduk-duduk saja melihat yang sudah mahir latihan sambil makan dan cerita-cerita seputar pekerjaan dan keadaan kos.
Sudah dua tahun saya kos di tempat sekarang tapi baru-baru ini saya akrab dengan teman satu kos, karena tiga bulan kemarin intensitas ketemu di rumahnya jauh lebih banyak, terlebih mereka suka membagi makanan yang mana itu membuat saya luluh dan jadi mengekor mereka.
Dari mencoba panahan berakhir piknik tipis-tipis di halaman komplek Kemenkeu menjadi sesuatu yang mewah. Lokasinya meski di pinggir jalan tapi tidak terlalu ramai kendaraan hilir mudik, tidak banyak orang yang hadir membuat suasananya menjadi sunyi dan privat, sampai bisa mendengar suara anak panah yang melesat dari busurnya. Rebah di atas rumput, melihat langit biru, menghirup aroma tanah dan rumput kini jadi terasa sangat mewah.
Kapan ya keadaan kembali memungkinkan manusia beraktivitas seperti sebelum pandemi, sudah rindu sekali ingin menyiksa diri dengan naik gunung dan tidur di tengah hutan.
Dari kiri ke kanan: kak Suci, Kim Go Eun, Riri, mbak Fitri
udah mahir, tinggal berburu goblin nanti, musuh alami peri pemanah (elf). eh, tapi kim go eun punya ikatan ama goblin yak. haduh..
BalasHapusuntuk apa berburu kalo bisa leha-leha saja.
HapusAkrab dengan sesama kosan karena pandemi, sebuah hikmah yang bisa diambil. Rencana mau ke gunung mana kak, menurut info beberapa gunung di Garut mah udah dibuka.
BalasHapusIya udah dibuka. Tapi naiknya sendiri-sendiri. Mau nganter nyawa apa?
HapusPas baca archery, saya kira typo. Ternyata benar-benar manah. Saat situasi masih normal, saya sering liat orang latihan manah di kampus. Pengen nyoba, tapi ngga pernah sempat.
BalasHapusFoto terakhir itu kalo memang Kim Go Eun, saya mau memperkenalkan diri,"Ehm, Gong Yoo," menyodorkan tangan.
Eh, Gong Yoo Ahjushi? Annyeong haseyo...
Hapusmaaf lagi physical distancing gak boleh jabat tangan.
Berkah pandemi, bisa merekatkan tali silaturahmi.
BalasHapusAlhamdulillah bisa mengamalkan sunnah Nabi, jika sudah bisa berenang, selanjutnya berkuda berarti. Keahlian yg cocok buat menghadapi zombie apocalypse.
Alhamdulillah punya temen yang suka bagi-bagi makanan.
HapusTapi keahlianku hanyalah merenung. Zombi juga males kali ngejar, gak atraktif.
Kayaknya kalau gue ke sini bakal lebih milih rebahan di rumput deh daripada memanah. Adem banget keliatannya, lebih cocok buat piknik haha.
BalasHapusAsli, enak banget rebahan di rumput, kayaknya besok kalo diajak lagi mau bawa tenda, deh, nyobain kemping semalem.
Hapus