Renjana
Kuberi judul tulisan ini dari kata yang baru kutemui di buku yang tadi pagi kubaca. Renjana artinya rasa hati yang kuat, merupakan padanan untuk kata passion. Bunyinya aku suka, renjana.
Baru tiga buku terbitan Marjin Kiri yang kubaca. Ketiganya
buku terjemahan yang diterjemahkan oleh Ronny Agustinus, pemilihan kata-katanya
beberapa baru kudengar tapi bunyinya aku suka, dan langsung aku tambahkan dalam
daftar kosakata.
Setelah hampir setahun minat membaca buku hilang akhirnya
tadi pagi bisa menikmati membaca buku lagi. Tapi awalnya sedikit terpaksa,
karena buku yang sepertinya dibeli setahun lalu belum selesai dibaca ternyata
ditaksir orang. Jadi kupaksa menyelesaikannya sebelum dikirim ke orang itu.
Buku-buku yang awalnya kubeli dengan niat untuk dikoleksi
akhirnya kulepas untuk diadopsi orang lain. Rasanya agak berat karena itu
buku-buku yang menurutku bagus, ingin kupajang di lemari dan dipamerkan di
kemudian hari. Tapi tiba-tiba aku merasa sangat kesal melihat barang-barang
yang menumpuk.
Ketika suasana sedang hening dan sedang tidak melakukan
apa-apa, mataku menyapu ruangan kamar yang kecil ini, memperhatikan benda-benda
yang memakan ruang, lalu aku merasa sangat sumpek dan muak. Bertanya-tanya kenapa
barang-barangku rasanya banyak sekali, kenapa tiba-tiba punya banyak tas, kenapa
ada banyak mangkok kecil, kenapa banyak kain-kain perca, kenapa sampah seperti
ini masih kusimpan.
Tiba-tiba aku sudah memilih baju yang benar-benar sering dipakai,
sisanya dibuang. Menimbang-nimbang pemberian dari orang yang sebenarnya tidak
kubutuhkan, mau diberikan ke orang lain atau dibuang tapi berakhir disimpan, menunggu
nanti pulang dan akan diberikan ke sepupu saja. Hadiah hiasan yang tidak bisa
diberikan ke orang lain terpaksa disimpan, dengan alasan punya nilai
sentimental. Memfoto buku-buku yang tak seberapa banyak dan menjualnya. Tentu
masih disisakan beberapa buku untuk disimpan, seperti Drupadi karya Seno
Gumira karena sampulnya indah dan aku masih ingin menyimpannya. Pak Tua yang
Membaca Kisah Cinta juga masih disimpan karena ceritanya bagus sekali dan
masih ingin membacanya lagi nanti.
Reaksi impulsif yang belum disesali semoga di kemudian hari
juga tidak menyesal. Mungkin ini juga efek dari membaca buku Fumio Sasaki, Goodbye,
Things, haha. Yang jelas saat ini tidak mau melihat barang-barang yang
tidak lagi digunakan. Apalagi masih hidup nomad begini rasanya hanya ingin
memiliki barang-barang yang muat dalam satu koper dan satu ransel saja.
Untuk buku-bukuku semoga jadi lebih berguna di tangan orang
baru. Rasanya ikut bahagia ketika mereka mengaku senang bisa mendapatkan buku
yang diinginkan dengan harga spesial. Ya, berbahagialah kalian dan sampaikan agar aku juga merasa bahagia.
. . .
Jadi kepikiran buku-buku yang di rumah, masih di dalam dus, di sana tempatnya lembab, belum pernah dibuka lagi selama dua tahun ini.. (._.)
Komentar
Posting Komentar